- 06 Okt, 2025
- Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
- comments off
Kolaborasi Multidisipliner Unsoed Wujudkan Inovasi Teknologi Olahan Susu Berbasis Kearifan Lokal
fapet.unsoed.ac.id – Di tengah tantangan fluktuasi harga susu segar dan terbatasnya akses pasar bagi peternak rakyat, sekelompok akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) hadir membawa pendekatan baru: menjembatani ilmu pengetahuan dan praktik lapangan melalui inovasi produk olahan susu berbasis potensi lokal.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dalam program Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Batch 2 Tahun 2025. Fokusnya adalah penerapan teknologi dan pengemasan diversifikasi produk olahan susu di Kelompok Tani Sapi Perah “Suprah”, Dusun Silembu, Desa Karangjambe, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara pada hari Minggu, (5/10/2025).
Tujuannya sederhana, tetapi berdampak luas: meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk susu lokal melalui penerapan teknologi tepat guna.

Tim ini terdiri dari tiga dosen lintas fakultas Dr. Naofal Dhia Arkan, S.Pt., M.Pt. (Fakultas Peternakan), Radita Putera, S.T., M.T., dan Niko Siameva Uletika, S.T., M.Eng. (Fakultas Teknik). Kolaborasi ini mencerminkan semangat multidisipliner Unsoed dalam menjalankan tridharma perguruan tinggi, terutama pada aspek pengabdian kepada masyarakat.
“Kami ingin menghadirkan bioteknologi yang aplikatif bagi peternak, bukan sekadar konsep akademik,” ujar Dr. Naofal Dhia Arkan. “Dengan inovasi sederhana, susu segar bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti yogurt, keju, atau minuman fungsional berbasis rempah. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang kemandirian ekonomi.”

Melalui serangkaian pelatihan, tim Unsoed mengajarkan proses pembuatan starter, teknik fermentasi, hingga metode pengemasan sederhana yang higienis dan menarik.
Dari kegiatan pelatihan tersebut, lahir dua produk unggulan hasil inovasi peternak dan pendampingan akademisi: yogurt dan keju. Di antara keduanya, produk ginger yogurt atau yogurt jahe dinilai paling potensial untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pemilihan jahe sebagai bahan tambahan bukan tanpa alasan. Selain mudah diperoleh di Banjarnegara, jahe juga memiliki kandungan antioksidan tinggi dan manfaat kesehatan yang signifikan. Ketika dikombinasikan dengan fermentasi susu, dihasilkan minuman dengan cita rasa segar dan sensasi hangat khas rempah Nusantara.
“Jahe adalah simbol potensi lokal yang belum tergali sepenuhnya. Ketika dipadukan dengan teknologi fermentasi, kita tidak hanya menciptakan rasa baru, tapi juga nilai tambah ekonomi dan kesehatan,” ujar Niko Siameva Uletika, ketua tim pengabdian.

Proses pembuatan ginger yogurt menggunakan pendekatan bioteknologi sederhana, yang dapat diterapkan secara mandiri oleh peternak rakyat tanpa membutuhkan peralatan kompleks. Pendekatan ini memperlihatkan bahwa inovasi ilmiah tidak harus rumit atau mahal, asalkan diterapkan secara kontekstual sesuai kebutuhan masyarakat.
Melalui pelatihan intensif, para peternak diajak memahami proses pembuatan starter, fermentasi, dan teknik pengemasan produk yang higienis dan menarik. Pendekatan ini mengedepankan prinsip capacity building membangun kemampuan masyarakat agar mampu mengelola sumber daya mereka secara berkelanjutan.
Di balik kegiatan pengabdian ini, Dr. Naofal juga dikenal dengan riset doktoralnya yang inovatif berjudul “Pengembangan Keju Rempah sebagai Pangan Fungsional.” Dalam penelitiannya, ia mengembangkan keju dengan tambahan rempah lokal yang berfungsi tidak hanya sebagai penyedap, tetapi juga sebagai bahan aktif yang mendukung kesehatan tubuh.
Menurutnya, konsep pangan fungsional menjadi arah baru industri pangan di Indonesia. “Kita sedang bergerak dari pola konsumsi pasif ke pola konsumsi preventif, di mana makanan berperan aktif dalam menjaga kesehatan dan mencegah penyakit kronis,” jelasnya.
Temuan tersebut memperkuat posisi Fapet Unsoed sebagai salah satu fakultas yang berorientasi pada riset terapan di bidang teknologi hasil ternak dan inovasi pangan sehat. Melalui pendekatan ilmiah yang kontekstual, kegiatan ini bukan hanya melahirkan produk baru, tetapi juga memperkuat ekosistem inovasi di tingkat akar rumput.
Keberhasilan program ini menjadi bukti bahwa sinergi antara perguruan tinggi, masyarakat, dan teknologi lokal dapat menghasilkan perubahan nyata. Dari Banjarnegara, muncul inspirasi bahwa inovasi tidak selalu harus berawal dari industri besar tetapi bisa tumbuh dari kandang sederhana, tangan peternak, dan semangat akademisi yang ingin melihat masyarakatnya berdaya.
