- 26 Nov, 2025
- Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
- comments off
Perang Bergejolak, Dosen Sudan Teliti Daun Kelor dan Lahirkan Inovasi Daging Kambing di Purwokerto
fapet.unsoed.ac.id – Di tengah pergolakan yang mengguncang Sudan, sebuah kisah ketekunan akademik justru tumbuh jauh dari hiruk-pikuk konflik. Dari Purwokerto, kota yang teduh di kaki Gunung Slamet, lahir inovasi yang mampu menjembatani dua benua: ketika seorang dosen Sudan meneliti daun kelor dan mengubahnya menjadi teknologi peningkatan kualitas daging kambing.
Selasa (25/11/2025), Di Aula Gedung B Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Menggelar Ujian Terbuka Promosi Doktor menghadirkan pemandangan yang jarang terjadi: akademisi lintas negara berkumpul dalam satu ruang ilmiah, menegaskan bahwa Purwokerto kini bukan lagi sekadar kota transit, melainkan simpul pertemuan gagasan global.
Sosok yang menjadi pusat perhatian hari itu ialah Tasnim Hunin AbdElwhab Mohamed, B.Sc., M.Sc., akademisi asal Sudan yang sejak bertahun-tahun mengabdi sebagai dosen di Omdurman Islamic University. Dengan ketenangan khas akademisi yang matang, Tasnim mempertahankan disertasi berjudul “Improving the Tenderness of Indonesia Native Goat Meat Using Moringa oleifera Extract”, penelitian yang memadukan kekayaan hayati Indonesia dengan kepentingan strategis negara asalnya.

Disertasi Tasnim bukan sekadar wacana akademik ia adalah gambaran masa depan industri daging yang lebih hijau dan berkelanjutan. Melalui serangkaian analisis biokimia dan uji fisik yang mendalam, ia membuktikan bahwa ekstrak daun kelor mampu memperbaiki keempukan daging kambing lokal. Inovasi sederhana namun visioner ini menghadirkan harapan: kualitas daging dapat ditingkatkan tanpa intervensi bahan kimia.
Di tangan Tasnim, daun kelor bertransformasi dari tanaman pekarangan menjadi inspirasi teknologi pangan yang potensinya menembus batas negara. Penelitian ini dibimbing oleh kombinasi promotor lintas keilmuan:
- Promotor :Ir. Juni Sumarmono, M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.
- Ko-Promotor : Amin Fatoni, S.Si., M.Si., Ph.D.
Keduanya menyalurkan perspektif yang memperkaya penelitian menggabungkan kedalaman ilmu peternakan dengan ketelitian analisis sains murni. Sidang pun semakin berbobot dengan hadirnya para penguji dari Indonesia dan Sudan, menjadikan forum tersebut layaknya panggung akademik internasional.

Ujian ini menghadirkan jajaran penguji terkemuka:
- Ikhlas Ahmed Nour Ibrahim,B.V.Sc.,M.V.Sc.,Ph.D.University of Khartoum, Sudan
- Dr. Ir. Triana Setyawardani, S.Pt., M.P., IPU., ASEAN Eng.
- Dr. Ir. Sri Rahayu, M.Si., IPU., ASEAN Eng.
- Ir. Agustinah Setyaningrum, M.P., IPU., ASEAN Eng.
- Ir. Agus Susanto, M.Sc.Agr., IPU., ASEAN Eng.
- Novie Andri Setianto, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.
Dekan Fakultas Peternakan, Ir. Novie Andri Setianto, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., membuka sidang dengan pesan yang menggugah.
“Gelar doktor bukanlah akhir, tetapi gerbang pengabdian. Semoga riset ini menjadi pijakan teknologi peternakan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.”
Ia juga menyampaikan empati untuk Sudan yang tengah dilanda konflik, seraya berharap agar kedamaian segera pulih sehingga Tasnim dapat kembali membangun dunia peternakan di tanah kelahirannya. Sebuah sentuhan diplomatis yang menegaskan bahwa ilmu pengetahuan tak pernah lepas dari misi kemanusiaan.

promotor, Prof. Juni, menambahkan penegasan penting: “Riset ini bukan titik akhir. Harus dikembangkan, diperluas, dan dipublikasikan. Inilah fondasi bagi inovasi-inovasi berikutnya.”
Dengan latar belakang akademik gemilang First Class Honors untuk gelar sarjana dan pengalaman profesional sebagai pengajar, peneliti, sekaligus konsultan industry Tasnim kini resmi menyandang gelar Doktor Peternakan. Pencapaian yang tidak hanya mengangkat namanya, tetapi membawa potensi perubahan bagi negara dengan populasi kambing dan domba mencapai jutaan ekor. Dampak risetnya menjanjikan:
- mendorong penggunaan fitobiotik alami,
- meningkatkan mutu daging tanpa bahan kimia,
- memperkuat industri ternak tropis,
- serta membuka peluang inovasi peternakan di negara-negara berkembang.
Keberhasilan ini sebagai ruang kolaborasi global tempat ide dari berbagai belahan dunia bertemu dan tumbuh. Purwokerto, dengan segala kesederhanaannya, menjelma menjadi rumah bagi inovasi yang mampu memberi gema hingga Afrika Timur.
Di tengah perjalanan akademik yang melintasi benua, daun kelor muncul sebagai simbol penting: bahwa terkadang, inovasi besar justru tumbuh dari hal-hal yang paling sederhana.
